Teori scumpeter
menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudakan
pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu di tunjukan bahwa para pengusaha,
merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi
dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang barang
baru, mempertinggi efisiensi cara memproduksi dalam menghasilkan suatu barang,
memperluas pasar sesuatu barang ke pasaran pasaran yang baru, mengembangkan
sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan perubahan dalam
organisasi dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai
kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi baru.
Di dalam mengumakan teori
pertumbuhanya schumpeter memulai analisanya dengan memisalkan bahwa
perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak
berkembang lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha
menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inofasi yang
menguntungkan. Di dorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan
pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal.
Investasi baru ini akan meninggikan tingkat ekonomi negara. Maka pendatan
masyrakat akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat menjadi bertambah
tinggi. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan perusahaan lain untuk
menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut
Schumpeter, investasi dapat di golongan pada dua golongan: penanaman modal
otonomi dan penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi adalah
penanaman yang di timbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat
kegiatan inovasi.
Menurut Scumpeter makin
tinggi tingkat kemajuan sesuatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk
mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi pertambahlambat
jalannya. Pada akhirnya akan mencapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “stationery state”. Akan tetapi, berbeda
dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu
di capai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi. Pandangan ini berbeda dengan
pandangan klasik. Seperti telah di terangkan, menurut pandangan klasik
tingkatan tersebut di capai pada waktu perekonomian telah berada kembali pada
tingkat pendapatan subsisten, yaitu pada tingkat pendapatan yang sangat rendah.
Sumber: MAKROEKONOMI,
teori pengantar, edisi ketiga, Sadono Sukirno, hal 434 -435
Komentar
Posting Komentar