Blog kali ini saya akan mencoba menceritakan ulang kepada pembaca dengan gaya dan bahasa saya sendiri. Semoga bermanfaat...
Assalamualaikum. Semangat
pagi guys.....
Baiklah pada hari ini
saya ingin menulis atau memaparkan tentang buku yang saya baca, buku yang
telah berhasil menyita waktu saya karna ceritanya yang membuat saya penasaran,
dan bahkan ketika melihat lembar buku yang tinggal sedikit saya memerahi
penulisnya karna jalan ceritanya yang semakin seru sedangkan lembar bacaan
tinggal sedikit, padahal di dalam buku ini terdapat 524 halaman, aneh
bukan...hehehe
Ini seperti impossible tetapi ini nyata, hanya
dengan waktu 3 hari saya menghatamkan buku ini. Penulis tau benar apa yang
sayang butuhkan atau mungkin saya yang terlalu baper, eh entahlah....yang jelas
buku ini berhasil menghiponotis saya, sampai sampai saya mengcancel waktu janjian dengan
dia,dia........iya kamu. Makan tak nyenyak tidok tak kenyang, satu kata untuk
penulis, balaaak.....!
Saya tak tau harus
memulai dari mana, per babkah? yang terdiri dari 33 bab, Perhalamkah? Yang
terdiri 524 halaman, Perlokasikah? Yang memiliki 4 daerah, atau di mulai dari
peran tokoh yang memiliki peran yang masing masing dan di kolaborasikan dengan
tempat kejadian serta di campur dengan setiap kejadian kejadian unik, lalu di
goreng.....Eeee telajak
All right, saya akan
memulai seperti di film film korea di mulai dari perkenalan tokoh. Pemeran
utamanya atas nama Sri Ningsih, peran kedua Zaman Zulkarnaen, selain itu ada
Eric, Thomson, Nugroho, Rahayu, Ode, La Golo,
Rajendra Khan, Nur Aini, Sulastri, Mas Musoh, Kiai Ma`Sum, Tilamuta, Nusi marata, Encik
Razak, Sueb, Chaterina, Hakan, Lucy, Anita, Alfonse, Ningrun, Beatrice Emie,
Amir, Amrita, Murni, Hans dan Muhammad Akbar dan masih banyak lagi peran pendukung. Warning, di
dalam buku si merah tidak ada ya, biarkanlah dia berkarya, dia memang suka begitu
suka nyeleneh kalau lagi nulis...Heee
Oke, Sri Ningsih adalah
pemeran utama di dalam cerita buku ini. Dia adalah gadis yang malang namun
memiliki jiwa yang sabar, kuat, pemberani, cerdas, pantang menyerah, dan
sedikit pemalu. Kisah ini berawal dari meninggalnya Sri Ningsih yang meninggalkan
harta warisan bernilai 19 triliun rupiah dan yang membuat pembaca akan
penasaran ialah harta sebanyak itu tidak ada yang tau ahli warisnya. Dalam
pencarian ahli waris, pembacaakan merasa takjub bercampur dengan heran, sedih,
senang, dan kesal ketika membaca riwayat hidup seorang Sri Ningsih.
Sebelum meninggal, Sri
Ningsih telah menulis alamat di kertas untuk di berikan kepada firma hukum yang
ada di London sekaligus sebagai wakil dalam pembagian harta warisan. Firma
hukum yang di percayai Sri Ningsih ialah Thomson & CO yang merupkan salah
satu firma hukum yang ada berada di London. Selanjutnya Firma hukum tersebut
mengutus Zaman Zulkarnaen untuk menulusuri, siapa yang berhak mendapat bagian
harta warisan tersebut.
Zaman adalah lawyer junior yang baru saja bergabung
di dalam firma hukum Thomson & CO. Dengan melihat catatan kepribadian
seorang zaman, firma hukum yakin dan langsung memberikan tugas ini kepada
seorang zaman. Tanpa pikir panjang lebar
Zaman langsung bergerak menelusuri riwayat hidup seorang Sri Ningsih.
Hal yang pertama di
lakukan Zaman ialah mengunjungi tempat meninggalnya Sri Wahyuningsih yakni di
panti jompo. Di tempat tersebut Zaman menemui Aimee yang mengurus panti jompo
tersebut. Selanjutnya Zaman mencoba melihat kamar Sri Wahyuningsih untuk
mencari barang bukti dalam mengusut kasus ini, dan ternyata tidak banyak yang
di dapatkan selain buku diary. Diary tersebutpun tidak banyak bukti yang bisa
di cari, karna Sri menggunkan bahasa samaran seperti teka teki yang harus di
pecahkan untuk mengetahui alamtnya. Seperti ”di mana rumah rumah yang
tumbuh di atas permukaan laut” dan ternyata daerah ini ialah pulau bungin
yang berada di sumbawa.
Pulau bungin adalah pulau
di mana Sri Lahir dan mana di tempat ini juga perjuangan yang keras seornag Sri
ketika masih kecil. Rahayu adalah ibu Sri yang meniggal ketika melahirkan Sri.
Nugroho adalah bapak Sri yang bekerja sebagai pelaut. Tidak lama kemudia
Nugroho alias bapak Sri menikah dengan seorang gadis cantik bernama Nusi Marata
dan mendapat anak yang di beri nama Tilamuta. Awalnya mereka hidup bahagia
namun setelah meninggalnya Nugroho karna cuaca buruk ketika melaut yang mana
Nugroho pergi juga karna hajad inggin
membelikan hadiah ulang tahun sepatu untuk Sri, Nusi Marata seperti
hilang kendali dan selalu memarahi Sri (biasa
ibu tiri cuy heee). Bahkan Sri di katakan anak yang terkutuk oleh ibu
tirinya itu. Setiap hari Sri di marahi oleh ibu tirinya, tidak hanya itu Sri
sering tidur di luar rumah karna tidak di ijinkan oleh ibu tirinya masuk.
Ahirnya Sri tidur di luar, dengan lantai papan dan dengan tampias hujan yang
membasahi separuh badan Sri (sedih bukan, heee). Hingga kejadian yang tak
terduga itu terjadi, yakni rumah Sri kebakaran Nusi marata meninggal dan
Tilamuta selamat.
Singkat cerita Sri dan
adiknya hijrah dan sekaligus menljutkan pendidikan pesantren yang ada di
surakarta dengan perintah guru Sri ketika di berada di pulau bungin. Banyak
sekali cerita kelam yang terjadi pesantren yang di beri nama madrash Kiai
Ma`sum ini. Pertama Sri memiliki tiga sahabat sejati yakni Nuraini dan
Sulastri. Nuraini adalah anak dari pemilik madrash sedangkan Sulastri adalah
guru yang mengajar di madrasah sekaligus sang penghianat. Kiai ma`sum beserta
istri dan beberapa santri lainya meninggal yang di sebabkan Sulstri dan
suaminya yang dulunya guru senior di madrah kiai ma`sum. Tak lama kemudian
selesai di madrash, Sri pindah di Jakarta untuk melupkan kejadian yang
menyakitkan itu sekaligus mencari penghidupanyang lebih layak. Karna kejadian itu
yang menyebabkan adiknya meninggal yaitu Tilamuta.
Sesampai di jakarta, Sri
sering berkirim surat kepada Nuraini yang berada di surakrta. Memberitahukan
tentang kabar, ketika Sri menjadi guru di salah satu sekolah rakyat, tentang
Sri membuka usaha gerobak dorong, rental mobil dan membuka pabrik sabun dengan
berbagai produk lainya. Hingga ahirnya Sri pindah lagi ke London dengan
meninggalkan pabrik yang kala itu sedang maju pesat. Dengan transaksi yang
berbeda, Sri memberikan amanah kepada Chaterina sebagai kepala pabrik. Sri
pindah ke London tanpa alasan, membuat Zaman bertanya tanya akan ke pindahan
Sri ketika mendengarkan cerita dari Chaterina.
Sesampai di London Sri
bekerja sebagai supir bus rute 16, dengan keluarga angkat orang tua Rajendra
khan. London juga menjadi kisah cinta Sri, karna Sri menikah dengan Hakan karim
dengan melahirkan dua anak, namun tidak ada yang bertahan hingga dewasa.
Namun secara mengejutkan
sri pindah lagi ke paris tanpa kabar dan berita bahkan tanpa ijin dengan orang
tua angkat yang berada di London. Sri menetap di panti jompo yang mana di situ
juga tempatnya meninggal.
Ahirnya ceita
Sri meninggal dengan teka
teki yang tidak di sangka sangka, zaman seorang lawyer dari london yang mengusut kasus ini terheran heran dengan
jejak hidup seorang Sri Ningsih. Singkat di ahir cerita Tilamuta masih hidup,
ia di pasung oleh Sulastri yang berubah nama Murni ketika di London. Sulastri
ternyata memiliki dendam yang tak pernah padam kepada Sri karna mengira sri lah
penyebab dirinya di asingkan ke luar daerah dan memisahkan ia dengan suamniya ketika
masih di madraha Kiai ma`sum. Selain itu, Sri yang selalu pindah tanpa kabar
dari surakarta ke jakarta lalu ke London dan di lanjutkan di paris, ternyata
penyebabnya adalah Sulastri yang mengancamnya inggin membunuhi orang orang
terdekatnya. Namun pada ahir cerita Tilamuta di kembalikan di pesantren Kiai
maksum, dan Sulastir di kurung di penjara seumur hidup di London.
Untuk pembagian warisan
ternyata, Sri telah menuliskan surat wasiat tersebut kepada Nuraini dengan
menaruh surat tersebut di bawah kotak pemberian dari Sri untuk Nuraini. Hanya
saja Nuraini tidak pernah membukanya karna itu merupkan aman sri, yang boleh di
buka ketika ada seseorang mencarinya.
TAMAT
Tere Liye
Tentang Kamu/ Tere
Liye;editor, triana Rahmawati---
Jakarta; Republika
Penerbit 2016
Vi+ 524 hal: 13,5
*20,5 cm
Penulis : Tere Liye
Editor : Triana Rahmawati
Cover :Resoluzy
Lay Out : Alfian
Komentar
Posting Komentar